Senin, 20 Februari 2012

Tukang Bakso, Pahlawan Tanpa Tanda Jasa… ToT

Reader, berapa harga bakso termurah yang pernah Reader beli?

5.000? 6.000? 8.000? 10.000?

Hmph, saya dong pernah makan bakso seharga 2.500 perak saja. Bangga… hahaha.
Beneran loh, sewaktu saya jalan-jalan di daerah Gejayan bersama salah seorang teman kos saya, sebut saja Mba Reni (nama sebenarnya-red), saya diajak untuk mengunjungi tempat penjual bakso 2500. Saya pikir apa nama tokonya 2500? Apa jumlah pegawainya? Atau luas lahannya? Atau apanya gitu yang 2500. Tidak masuk akal bagi saya kalau ada bakso seharga 2500 rupiah.

Sepanjang perjalanan saya ragu akan:
1.    Kuantitasnya
2.    Kebersihannya
3.    Rasanya
4.    Kandungan dan bahan di dalam sang bakso (Racun? Formalin? Boraks?)
5.    Bahan utama si gundul (beneran daging sapi ga tuh?)
6.    Efek setelah memakan bakso

Sore itu, dengan perasaan diselimuti penuh rasa tanda tanya, Mba Reni tetap menarik gas motornya terus tanpa henti (kecuali ada lampu merah tentunya) melaju kencang membawa saya menuju jalan Magelang. Sesampainya di tempat yang dimaksud, Mba Reni turun dengan ekspresi bangga telah menemukan bakso termurah itu. Saya tidak kaget melihat tempat makannya hanyalah sebuah gerobak di trotoar dan untuk pengunjung yang mau makan on the spot hanya disediakan tikar sebagai alas duduk.

Yang membuat saya kaget ternganga dan menganga mengiang-ngiang adalah fakta-fakta mengenai si bakso murah tapi mencurigakan tersebut:
1.    Porsi baksonya yang waaaah, berlebihan deh kalo untuk ukuran bakso seharga 2500. Satu porsi bakso diisi dengan mie kuning, mie putih, sedikit sayuran, kuah dan bumbu-bumbu lain serta 20-25 butir bakso ukuran kelereng-bola bekel. Believe it or not.
2.    Rasanya lumayan enak loh, yaaa memang tidak bisa dibandingkan dengan bakso-bakso terkenal seperti bakso kepala sapi, bakso mataram atau bakso babar, tapi it’s okay banget kok rasanya. Saya tidak sampai mengeluarkan kata tidak enak selama memakannya.
3.    Memang si gundul itu tidak terbuat dari daging sapi asli, melainkan dari lemak sapi. Jadi ketika dimakan ada rasa lengket di lidah.
4.    Tidak terjadi apa-apa pada saya setelah beberapa hari memakan bakso murah itu, berarti bisa dibilang aman dong ya…
5.    HARGANYA BENERAN 2.500 PERAK DOAAANG……!!!! Saya tidak percaya dengan harga baksonya sampai pada akhirnya si tukang bakso menyebutkan harga ‘5.000 mbak’ untuk dua porsi bakso yang kami beli.

Antriannya gillllaaaaa banyaknya… yang beli dari berbagai macam kalangan, ada bapak penjual angkringan, pedagang asongan, pelajar sampai bapak-bapak pebisnis yang bawa mobil mewah. Wuiihh…

Tapi selain saya dibuat ternganga oleh fakta-fakta tersebut, saya menyimpan rasa kagum(?) pada si bapak penjual bakso. Balik modal pak baksonya cuma dijual segitu? Saya melihat tutup panci yang sudah usang, terlihat juga beberapa jahitan(?) tertoreh pada si tutup panci tersebut. Kemudian gerobak bakso yang tidak lagi kinclong, mangkok, tempat sambal dan gelas-gelas yang tidak lagi sedap dipandang mata. Waduh, saya langsung merasa bersalah entah kenapa, padahal ketemu bapaknya juga baru sekali itu doang… Rasanya saya pengen memperjuangkan hak-hak penjual bakso ke DPR (apa hubungannya?! emang hak penjual bakso apa aja????? @.@)

Setelah itu, saya jadi berpikir, ternyata bukan hanya guru yang tanpa tanda jasa, tapi tukang bakso juga.

~Namamu akan selalu hidup…~
Oops…
~baksomu akan selalu hidup… dalam sanubariku~
~engkau patriot pahlawan baksooooo… tanpa tanda jasa~
#Hymne Kemerdekaan Tukang Bakso
Hiks hiks… ceumungudh ea bapaq tukank baksooo… kami akan selalu mengenang baksomu…

Regard ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar