Reader,
berapa
harga bakso termurah yang pernah Reader beli?
5.000? 6.000? 8.000? 10.000?
Hmph, saya dong pernah makan
bakso seharga 2.500 perak saja. Bangga… hahaha.
Beneran loh, sewaktu saya
jalan-jalan di daerah Gejayan bersama salah seorang teman kos saya, sebut saja
Mba Reni (nama sebenarnya-red), saya diajak untuk mengunjungi tempat penjual
bakso 2500. Saya pikir apa nama tokonya 2500? Apa jumlah pegawainya? Atau luas
lahannya? Atau apanya gitu yang 2500. Tidak masuk akal bagi saya kalau ada
bakso seharga 2500 rupiah.
Sepanjang perjalanan saya ragu
akan:
1. Kuantitasnya
2. Kebersihannya
3. Rasanya
4. Kandungan
dan bahan di dalam sang bakso (Racun? Formalin? Boraks?)
5. Bahan utama
si gundul (beneran daging sapi ga tuh?)
6. Efek setelah
memakan bakso
Sore itu, dengan perasaan
diselimuti penuh rasa tanda tanya, Mba Reni tetap menarik gas motornya terus
tanpa henti (kecuali ada lampu merah tentunya) melaju kencang membawa saya
menuju jalan Magelang. Sesampainya di tempat yang dimaksud, Mba Reni turun
dengan ekspresi bangga telah menemukan bakso termurah itu. Saya tidak kaget
melihat tempat makannya hanyalah sebuah gerobak di trotoar dan untuk pengunjung
yang mau makan on the spot hanya disediakan tikar sebagai alas duduk.
Yang membuat saya kaget ternganga
dan menganga mengiang-ngiang adalah fakta-fakta mengenai si bakso murah tapi
mencurigakan tersebut:
1. Porsi
baksonya yang waaaah, berlebihan deh kalo untuk ukuran bakso seharga 2500. Satu
porsi bakso diisi dengan mie kuning, mie putih, sedikit sayuran, kuah dan
bumbu-bumbu lain serta 20-25 butir bakso ukuran kelereng-bola bekel. Believe it
or not.
2. Rasanya
lumayan enak loh, yaaa memang tidak bisa dibandingkan dengan bakso-bakso
terkenal seperti bakso kepala sapi, bakso mataram atau bakso babar, tapi it’s
okay banget kok rasanya. Saya tidak sampai mengeluarkan kata tidak enak selama
memakannya.
3. Memang si
gundul itu tidak terbuat dari daging sapi asli, melainkan dari lemak sapi. Jadi
ketika dimakan ada rasa lengket di lidah.
4. Tidak terjadi
apa-apa pada saya setelah beberapa hari memakan bakso murah itu, berarti bisa
dibilang aman dong ya…
5. HARGANYA
BENERAN 2.500 PERAK DOAAANG……!!!! Saya tidak percaya dengan harga baksonya
sampai pada akhirnya si tukang bakso menyebutkan harga ‘5.000 mbak’ untuk dua
porsi bakso yang kami beli.
Antriannya gillllaaaaa banyaknya…
yang beli dari berbagai macam kalangan, ada bapak penjual angkringan, pedagang
asongan, pelajar sampai bapak-bapak pebisnis yang bawa mobil mewah. Wuiihh…
Tapi selain saya dibuat ternganga
oleh fakta-fakta tersebut, saya menyimpan rasa kagum(?) pada si bapak penjual
bakso. Balik modal pak baksonya cuma dijual segitu? Saya melihat tutup panci
yang sudah usang, terlihat juga beberapa jahitan(?) tertoreh pada si tutup
panci tersebut. Kemudian gerobak bakso yang tidak lagi kinclong, mangkok,
tempat sambal dan gelas-gelas yang tidak lagi sedap dipandang mata. Waduh, saya
langsung merasa bersalah entah kenapa, padahal ketemu bapaknya juga baru sekali
itu doang… Rasanya saya pengen memperjuangkan hak-hak penjual bakso ke DPR (apa
hubungannya?! emang hak penjual bakso apa aja????? @.@)
Setelah itu, saya jadi berpikir,
ternyata bukan hanya guru yang tanpa tanda jasa, tapi tukang bakso juga.
~Namamu
akan selalu hidup…~
Oops…
~baksomu
akan selalu hidup… dalam sanubariku~
~engkau
patriot pahlawan baksooooo… tanpa tanda jasa~
#Hymne Kemerdekaan Tukang Bakso
Hiks hiks… ceumungudh ea bapaq
tukank baksooo… kami akan selalu mengenang baksomu…
Regard ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar