Ya
Allah, hamba bersyukur, selalu bersyukur. Dengan segala nikmat duniawi ini,
nikmat sehat, nikmat rahmat, nikmat rejeki, nikmat keluarga yang baik dan
segala nikmat dari-Mu. Alhamdulillah…
Berusaha
untuk menghindari sikap mengeluh, hamba mencoba untuk menjalankan kehidupan ini
dengan penuh syukur dan melakukan suatu apapun dengan mengingat nama-Mu. Tiada
tempat bagi hamba untuk mengadu selain pada-Mu. Maka ampunilah hamba yang penuh
dosa ini ya Allah.
Let’s
put it aside first. Seperti yang telah saya katakan, tanpa bermaksud mengeluh,
atau mendustakan nikmat-Nya, saya hanya ingin bercerita dan mengungkapkannya
dalam sebuah tulisan sederhana.
Kehidupan
dunia memang berat, oleh karenanya saya selalu rindu pada Tuhan, pada agama
yang saya peluk, hal yang satu-satunya bisa membuat saya tenang dan terarah.
Seandainya kematian itu datang, tidak bermaksud apa-apa, saya ikhlas dan siap
untuk bertemu dengan peradilan-Nya. Bukan karena saya menghindari kehidupan
dunia yang serba berat, dan bukan pula karena keangkuhan percaya diri saya akan
masuk surga. Sekali lagi, karena saya rindu pada-Nya. Subhanallah.
Sekarang
ini saya sedang diuji, secara batin dan keikhlasan saya dalam menjalankan
kehidupan ini. Berbagai macam hal yang terjadi akhir-akhir ini, melemahkan
kekuatan saya untuk berdiri dan bertahan. Tidak melibatkan materi, tapi
pemikiran dan perasaan. Bukan cinta, teman atau keluarga. Tapi situasi yang
sedang saya jalani sekarang, lebih pada personal, batu masalah yang saya temui
semakin besar walaupun tidak terasa keberadaannya.
Di
satu sisi saya merasa seperti anak kecil cengeng yang tidak tahu terima kasih
pada Tuhan YME, namun sisi keegoisan naluri kemanusiaan saya terus bicara dan
semakin lemah. Sungguh tidak tahu diri. Astaghfirullah.
Menjadi
kelompok baru yang invisibly terasingkan, sungguh benar-benar tidak
menyenangkan. Dianggap aneh karena kami tidak menguasai satu atau dua hal. Padahal
hanya masalah waktu dan penyesuaian diri, yang bersangkutan tahu persis tapi
tetap mencari celah untuk menyudutkan. Tidak ada yang salah dengan karakter
manusia, tugas kita untuk dapat bertahan hanyalah mengerti. Tetapi insan pun tetap
butuh untuk dimengerti. Ingin rasanya saya berteriak, “Kami ada dan bisa!”.
Tembok
besar yang selama ini menahan saya untuk tidak menangisi hal-hal duniawi
akhirnya perlahan mulai runtuh, ya, saya menangis. Hanya karena masalah kecil
ini, cengeng benar diri ini. Konflik batin ini entah sampai kapan saya harus
berperang sampai saya bisa mengalahkannya. Selama saya masih punya orangtua
untuk mendukung, teman-teman yang luar biasa baik untuk saling mendengarkan dan
menyemangati, saya akan terus bertahan hingga tembok itu terbangun lebih kokoh,
lebih kuat dan lebih tegar.
Doa
hamba ya Allah, kuatkanlah hamba, bimbing hamba untuk mengenal sekitar lebih
baik, didampingi oleh orang-orang beriman yang dapat saling menguatkan, serta
dekatkanlah hamba dengan-Mu. Jadikan cinta hamba ini seperti besarnya cinta
nabi Muhammad, nabi Ibrahim dan nabi Ismail kepada-Mu. Amiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar