So… Pagi ini, di Pare, saya bersama
beberapa teman kos saya pergi jalan-jalan ke alun-alun Pare untuk sekedar
sarapan dan refresh pikiran. Sepanjang perjalanan berangkat dari kos sampai tiba
di kos lagi pikiran saya dipenuhi oleh banyak hal dan pengetahuan. Makanya kali
ini saya menulis apa yang ada di pikiran saya dari perjalanan tersebut.
Thought #1
Hmm… segar sekali menghirup udara pagi
Pare yang masih sepi, bersepeda menyusuri beberapa jalan di Pare menuju ke
suatu tempat.
Thought #2
Wah, ternyata ada juga tempat seperti
ini di Pare… Di jalan Sudirman, saya melihat toko Brownies Amanda, Chicken
Amazy, Apollo (Department Store), dan alun-alun. Selama ini yang saya tahu tentang
Pare hanya jalan Brawijaya yang standar dan terkesan agak jauh dari peradaban
kecuali bahasa Inggris.
Thought #3
Rame juga ya alun-alun Pare, tapi tetep
yang berkunjung kebanyakan siswa/mahasiswa/calon siswa/calon
mahasiswa/jobseeker alias jobless person yang belajar bahasa inggris disini. Mereka
semua banyak antri di samping penjual susu kedelai, nasi pecel, lontong sayur,
nasi kuning, batagor sampai sate bekicot!!! Catat: B.E.K.I.C.O.T. aka bekicot,
sudara-saudara…
(Oh, can you imagine yourself eat that
things????)
Anyway, makan nasi pecel disini enak
juga, sambil menikmati pemandangan orang-orang berinteraksi, anak2 kecil
bermain-main, gelandangan tidur di sudut-sudut, sambil menceritakan pengalaman
jaman kuliah dulu (saya, Mbak Indah dan Mbak Ida).
Thought #4
Let’s go to Pare traditional market,
sightseeing sambil tau seperti apa sih pasar Pare?
Tidak berbeda jauh dengan pasar-pasar
di tempat lain ternyata, kami menyusuri sedikit bagian dari pasar Pare. “Wah,
ada kedondong!” kata Mbak Indah. Kami berhenti, Mbak Indah memilih-milih buah
kedondong yang ingin dia beli. Saya menyaksikan, seorang ibu paruh baya membeli
cabai-cabai busuk dari pedagang kedondong itu. Adalah pemandangan yang sangat
baru untuk saya, mulut saya menganga dan tidak mau tertutup. Buat apa itu cabai
busuk? Mbak Ida dengan kalemnya menjawab, “Buat dijual, dibuat sambel.”
What??? Ternyata selama ini… *shock
berat*
Saya mencoba untuk menghafal muka si
ibu pembeli cabe, dengan harapan saya tidak akan pernah makan di tempatnya.
Mbak Ida menambahkan, it can be worse, in some sauce factories, the incapable
one, they use bad papaya and bad banana and mix it with bad chilies, too…
I swear to myself, I won’t eat infamous
sauce anymore. I swear…
Thought #5
Ahh, sampai juga di kos. Turned on the
television and watch some latest news before we’re going back to our room. Ah,
Innalillahi wa innailaihi roji’un, Indonesia lose another kind, humble and low
profile public figure. Bapak Widjojono, wakil menteri ESDM, selamat jalan pak,
semoga amal ibadahnya senantiasa diterima disisi Allah SWT. Your name will
always be remembered by those who remember your kindness…
Thought #6
Bosan, lihat acara televisi yang jam
segini masih didominasi oleh acara-acara music alay dan lebay itu. Turned off
the television and went back to our room. While I was walking through the room
to my bedroom, I saw my boarding house’s daughter watching that kind of show:
DahSyat. Saya mengintip sebentar, mata saya terbelalak melihat audience yang
rata-rata masih ABG, kucel, labil, muda dan masih bau kencur. Menari-nari dan
teriak-teriak tidak jelas apa yang diteriakkan yang penting teriak biar rame. Oh
God! Another unbelievable scene for me. Bener juga yang dikatakan Raditya Dika,
mungkin si audience adalah para remaja yang tidak sekolah, bekerja sebagai
pembantu atau pedagang di ibukota, kerjaan beres, majikan pergi, mereka cabut
buat nebeng nampang di televisi. Mereka dibayar untuk tetap datang ke acara
tersebut memeriahkan acara yang sampai saat ini saya bingung dan tidak tahu apa
manfaatnya untuk saya nonton acara itu.
Aah, sudahlah, biarkan mereka tenggelam
dan menikmati masa alay-nya.
Thought #7
Ah, I’m sleepy… but I have several
things to do, take a nap sebentar baru mulai aktivitas lagi deh…
Okay, that’s it… keep your Sunday
spirit!
Regard…^^